Rabu, 10 September 2008

RAMADHAN BULAN "MENGASAH GERGAJI"

Setiap tahun pada bulan Ramadhan, umat islam melaksanakan ibadah puasa. Puasa berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu Aupawasa yang artinya MENAHAN. Sama dengan arti Imsyak dalam bahasa Arab yang artinya juga MENAHAN.
Puasa sendiri telah menjadi bagian dari budaya manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Bahkan hampir setiap makhluk hidup pun melakukan puasa dengan caranya masing-masing. Ketika hendak menjadi seekor kupu-kupu (bermetamorfis), seekor ulat melakukan puasa selama beberapa hari dengan menjadi kepompong. Selama dalam proses pengeraman telur-telurnya, seekor ayam betina akan melakukan puasa selama beberapa minggu hingga telur-telur yang di eraminya menetas. Pada musim semi, pohon-pohon berpuasa dengan cara mengggugurkan daunnya.
Hikmah dan manfaat puasa telah banyak dibahas dalam berbagai macam buku, artikel, dan media cetak lainnya. Pada berbagai kesempatan ceramah, para mubaliq dan mubaliqah senantiasa menyampaikan pesan-pesan bertemakan puasa sepanjang bulan Ramadhan. Berbagai macam pula istilah atau julukan yang diberikan pada bulan Ramadhan. Ada yang menyebutnya sebagai bulan seribu bulan, bulan penuh berkah, bulan latihan, bulan pendidikan, bulan mensucikan diri, dan masih banyak lagi. Pada kesempatan ini, saya akan menyampaikan puasa dari sudut pandang psikologi perkembangan diri.
Saya ingin memberikan sebuah perumpamaan baru terkait dengan aktifitas puasa di bulan suci Ramadhan, yaitu Ramadhan sebagai bulan “mengasah gergaji”. Meminjam istilah Habits ke-7 dalam bukunya Stephen R Covey yang berjudul Seven Habits for Highty Effectively People. Ketika Anda berpuasa, secara sederhana anda melakukan aktivitas ibadah dengan cara menahan lapar dan dahaga. Namun secara lebih kompleks, yang terjadi adalah anda sedang berada dalam proses mempertajam kembali seluruh aspek potensi (gergaji) yang dikaruniakan oleh Allah SAW kepada Anda. Yaitu meliputi tubuh, pikiran, dan perasaan.
Selama sebelas bulan lamanya kita menggunakan ketiga potensi ini tanpa pernah berhenti. Tubuh kita setiap harinya tanpa kita sadari kita berikan makanan yang mengandung racun dan bersifat menyumbat pembuluh-pembuluh darah. Pikiran kita tak henti-hentinya kita gunakan berpikir keras tentang bagaimana cara mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya. Perasaan pun sepanjang hari terombang-ambing antara sedih, marah, kecewa, dan gembira dengan penuh nafsu. Akibatnya dikarenakan terlalu sering digunakan dan berinteraksi dengan kondisi yang kotor ketiga potensi ini mengalami pengkaratan dan semakin lama menjadi semakin tumpul.
Puasa adalah masa untuk menajamkan kembali ketiga potensi tersebut. Dengan menahan lapar dan dahaga, anda semakin menajamkan kembali daya tahan dan daya terjang tubuh (system imun) terhadap berbagai macam penyakit. Di saat berpuasa anda akan berada dalam kondisi kesadaran yang tinggi sehingga pikiran andapun lebih tajam dan focus dalam berpikir. Menahan emosi dan berbagai macam nafsu dunia menjadikan perasaan anda menjadi tajam dan peka. Selanjutnya kita akan membahas satu persatu proses asah gergaji terhadap ketiga potensi diri yang telah saya sebutkan diatas.
Yang pertama adalah mengasah gergaji tubuh. Ketika kita berpuasa menahan lapar dan dahaga semenjak waktu sahur hingga berbuka, dalam tubuh kita terjadi proses yang disebut autolisis. Pada kondisi normal, tubuh mengambil energi dari proses pencernaan bahan-bahan makanan yang kita makan. Dalam hal ini, bahan makanan tersebut di ubah menjadi glukosa. Ketika kita berpuasa, energi yang diperoleh tubuh bukan lagi dari proses pencernaan bahan makanan dari luar, akan tetapi berasal dari protein dan lemak yang ada di dalam tubuh.
Saat terjadi autolisis, tubuh melakukan penyusunan kembali sel-sel tubuh sebagaimana fitrahnya. Sel-sel tubuh yang rusak dan mati digantikan oleh sel tubuh yang baru. Selanjutnya sel-sel asing yang tidak seharusnya ada dimatikan dan dikeluarkan dari dalam tubuh. Hal ini menjadikan system imun dalam tubuh meningkat dan tubuh pun terasa lebih segar.
Yang Kedua adalah mengasah gergaji pikiran. Dalam keadaan normal, sehabis kita makan, sebagian besar energi yang dimiliki tubuh digunakan dalam proses pencernaan makanan. Semakin banyak unsur daging dan karbohidrat dalam makanan yang kita makan maka akan semakin lama proses pencernaannya dan semakin besar pula energi yang dibutuhkan. Inilah yang terjadi biasanya ketika kita menjelang tidur malam makan yang banyak dan keesokan paginya menemukan tubuh kita bukan dalam kondisi segar melainkan dalam keadaan lemas dan pegal-pegal. Saat berpuasa, energi yang digunakan untuk mencerna makanan sangat sedikit, sehingga sebagian besar energi dapat kita alokasikan pada pikiran.
Dengan energi yang mencukupi, pikiran kita menjadi lebih focus dan tajam. Gelombang otak di dominasi berada pada frekuensi alfa. Inilah kenapa para ulama terdahulu yang terbiasa berpuasa mampu menghasilkan karya-karya yang luar biasa dan begitu banyaknya. Berpuasa menjadikan otak kita mudah untuk menyerap informasi, menganalisa, dan menemukan ilmu baru. Inilah kenapa sering disebutkan bahwa dengan berpuasa seseorang dapat menjadi ahli hikmah.
Yang ketiga adalah mengasah gergaji emosi atau perasaan. Saat berpuasa, kita disunnahkan untuk banyak berzikir dan berdoa. Di dalam zikir dan doa yang kita ucapkan banyak terkandung kata-kata yang positif. Kata-kata positif ini secara bawah sadar akan menghasilkan pikiran yang positif pula. pikiran yang positif seelanjutnya akan menghasilkan emosi yang positif. Allah SWT mengingatkan kita bahwa hanya dengan berzikir kepada-Nyalah hati kita akan menjadi tenang.
Disamping itu, ketika berpuasa kita akan lebih bijak dalam melihat segala sesuatu. Ini dikarenakan kita tidak melihat dan menyikapi kejadian secara reaktif, melainkan secara responsive. Melalui shalat malam dan muhasabah yang dilakukan, kita melakukan reframing terhadap setiap pengalaman maupun kejadian buruk yang kita alami.
Selanjutnya apa kaitan berpuasa dengan kesuksesan. Dengan berpuasa secara sungguh-sungguh selama sebulan maka hasil akhirnya adalah anda dapat memiliki kembali potensi yang tajam yang di tunjukkan pula dengan munculnya kebiasan-kebiasaan seorang pemenang. Kebiasaan-kebiasaan itu antara lainnya adalah sikap jujur, pantang menyerah, ikhlas, sabar, tekun, dan penuh komitmen yang dilatih saat kita betul-betuul menjaga untuk tidak makan dan tidak minum semenjak sahut hingga berbuka.
Para psikolog dan pakar motivasi pengembangan diri menyebutkan bahwa untuk dapat melahirkan sebuah karakter baru, dibutuhkan pembiasaan terhadap sebuah sikap minimal selama 21 hari. Dengan pembiasaan yang dilakukan selama sebulan, insyaallah akan melahirkan seorang manusia baru yang penuh dengan karakter-karakter unggul yang baru. Dengan diri yang baru dan penuh sumber daya inilah yang nantinya siap untuk meraih kesuksesan di masa yang akan datang. Salam Sukses

Tidak ada komentar: