Minggu, 23 Maret 2008

LONG LIFE LEARNING MENTALITY

Saat ini sikap menjadi seorang pembelajar merupakan sebuah keharusan. Zaman bergerak dengan sangat cepat. Arus informasi melesat dengan tanpa dapat dihentikan. Menjadikan kompetisi kehidupan menjadi semakin keras.

Manusia pada dasarnya didesain untuk menjadi manusia pembelajar. Manusia yang senantiasa mengembangkan kapasitas dirinya. Memaksimalkan potensi diri (nalar, naluri, dan nurani) untuk menjadi yang terbaik.

Menjadi manusia pembelajar bukanlah sesuatu yang bertentangan dengan kodrat manusia. Sesekali mungkin Anda perlu memperhatikan anak-anak kecil disekitar Anda. Hanya dengan berbekal dua hal, ketidaktahuan dan keingin tahuan mereka dapat tumbuh besar menjadi pribadi yang lebih kuat, dewasa, dan penuh dengan kejeniusan.

Secara bertahap mereka pelajari setiap hal disekitar dengan intens. Mulai dari belajar tengkurap, merayap, merangkak, berdiri, berjalan, hingga berlari. Belajar mendengarkan suara, mengenali suara, mengeluarkan suara, hingga dapat menyebutkan setiap nama benda dan gerakan yang dilakukan.

Semuanya dilakukan dengan penuh kepolosan dan antusias. tidak ada kata menyerah dan putus asa dalam menjalaninya. Setiap kegagalan yang dialami tidak pernah menjadi penurun semangat. Yang ada adalah BELAJAR, BELAJAR, dan terus BELAJAR hingga BISA.

Salah satu kunci bagi seorang manusia pembelajar adalah kegilaannya dalam membaca. Kegiatan belajar selalu diidentikkan dengan kegiatan membaca. Ketika Anda sedang menggoreskan pena diatas kertas, Anda dipandang orang lain sedang melakukan aktivitas menulis. Disaat Anda sedang melakukan percobaan maupun melakukan aktifitas motorik lainnya maka orang berpikiran bahwa Anda sedang mengerjakan sesuatu. Dan ketika Anda sedang membolak-balikkan halaman buku, maka secara otomatis semua orang yang memandang Anda akan sepakat bahwa Anda sedang belajar.

Di masyarakat kita orang yang hobby baca sering diberi gelar si kutu buku. Makhluk yang digambarkan berpenampilan culun, berkaca mata tebal, rambut disisir miring dengan rapi atau dikepang dua. Sangat sukar bergaul. Dan berbagai macam gambaran lainnya.

Saya kurang sependapat dengan pandangan umum diatas. Hal yang salah jika dikatakan bahwa orang yang senang baca buku adalah orang yang tidak gaul. Justru orang yang senang baca buku adalah orang yang gaul. Mereka memiliki wawasan luas tentang berbagai macam hal. Terdapat banyak ide pembicaraan bermutu jika Anda bertemu mereka. Sebaliknya orang yang jarang baca buku pasti susah bergaul. Keterbatasan wawasan menjadikan mereka terpaku dalam setiap pembicaraan. Kalaupun mereka berbicara, biasanya yang di bicarakan hanya omong-kosong. Nggak ada mutunya. Di ajak ngobrolin teknologi, eh nyambungnya ke teko dan poci. Di ajak bicara tentang Apolo 13, eh malah nanya “Wolo po Olo?”.

Budaya baca bangsa Indonesia masih sangat jauh ketinggalan dengan tetangga-tetangganya di Asia. Di Jepang hampir dapat dipastikan di penjuru sudut kota akan Anda temukan orang yang sedang baca. Apakah itu di dalam kereta, di taman kota, di halte bus, bahkan di tempat makan sekalipun. Masyarakat Malaysia dan Singapura pun memiliki minat baca yang cukup tinggi. Tidaklah heran seperti apa perkembangan kemajuan negaranya dibandingkan negara Kita.

Kebanyakan dari masyarakat Indonesia menghabiskan hampir seperempat waktunya dalam sehari untuk duduk di depan TV, bahkan di hari libur bisa mencapai 12 jam dalam sehari. Di mulai dari bangun tidur, ketika sarapan, disaat istrahat kerja, sore hari sepulang kerja, dimalam hari bersama keluarga, hingga di pagi buta saat menonton film kesayangan atau pertandingan sepak bola. Acara yang di tontonpun sangat beragam mulai dari telenovela, sinetron, kuis, hingga acara gosip dan berita criminal.

Disaat menonton TV, seseorang berada dalam posisi pasif. Seluruh pikiran dan konsentrasi terarah pada TV. Yang terjadi saat Anda menonton TV adalah Anda menerima informasi secara searah, yaitu dari TV ke Anda. Anda tidak memiliki kesempatan untuk berpikir secara kritis. Bahkan terkadang dengan kesadaran penuh Anda mengetahui bahwa sebenarnya Anda sedang di tipu, direkayasa, diperdaya oleh sang sutradara. Anda mengetahui dengan pasti bahwa cerita dalam sinetron maupun film tersebut sangatlah tidak masuk akal. Akan tetapi atas nama sebuah kesenangan maka Anda membiarkan diri Anda terus dan terus dibodohi. Kondisi seperti ini yang kemudian menjadikan pikiran Anda menjadi buntu, tidak tajam dalam menganalisa, dan cenderung malas untuk berfikir, hingga mengidap penyakit bodoh yang akut.

Seorang sahabat Nabi, Sayidina Ali pernah berpesan bahwa salah satu macam teman yang harus dihindari adalah berteman dengan orang yang bodoh. Karena dengan kebodohannya tersebut, meski niatnya baik, biasanya ujung-ujungnya malah celaka. Analoginya semisal rumah Anda lagi kebakaran, teman yang bodoh tanpa berpikir panjang akan menyiramkan apa saja kedalam api, entah itu air, cuka, minyak tanah maupun bensin. Niatnya sudah cukup baik, yaitu memadamkan api. Namun kebodohannya telah menjadikan niat baik tersebut bukannya menolong Anda malah semakin mencelakakan Anda.

Berdebat dengan orang bodoh hanya akan menghabiskan energi Anda. Bahkan disatu sisi kebodohan dapat memicu tindakan tidak rasional. Segala bentuk tindakan kekerasan umumnya dikarenakan ketidakmampuan dalam merasionalkan masalah. Seandainya seseorang mampu mengontrol emosinya dengan pikiran yang jernih. Setiap masalah dapat diselesaikan secara damai.

Buku adalah nutrisi bagi pikiran Anda. Melalui membaca buku Anda memberikan makanan bagi pikiran Anda. Sebagaimana organ tubuh lainnya yang membutuhkan makanan untuk energi. Pikiran pun membutuhkan bacaan sebagai energinya. Tanpa adanya energi, segala sesuatu pasti akan mati.

Membaca buku menjadikan seseorang kaya akan informasi. Info-info yang dimiliki ini yang kemudian menjadi bahan dasar untuk merumuskan pemecahan dari setiap masalah yang ditemui. Semakin banyak info yang Anda miliki, semakin bijak setiap keputusan yang dapat Anda buat. Ibarat seekor Elang, Anda dapat melihat masalah dari tempat yang tinggi.

Mari kita lihat apa yang Anda miliki jika Anda mulai membiasakan diri membaca buku sehari selama satu jam. Membaca buku selama satu jam dalam sehari maka dalam seminggu Anda akan dapat menyelesaikan minimal satu buku. Hal itu sama dengan membaca empat buku dalam sebulan. Selama setahun total buku yang telah Anda baca mencapai empat puluh delapan buku . Dalam sepuluh tahun, hampir lima ratus buku yang telah Anda baca.

Selanjutnya Anda bandingkan jika dalam sehari Anda mengalokasikan waktu tiga jam untuk membaca buku. Satu jam setelah Anda bangun dipagi hari, satu jam disaat santai di sore hari, dan satu jam sebelum Anda tidur dimalam hari. Dalam satu minggu maka Anda dapat menghabiskan membaca dua buah buku. Dalam sebulan menjadi delapan buku. Setahun menjadi sembilan puluh enam buku, dan dalam waktu kurang lebih lima tahun Anda telah dapat membaca lima ratus buku.

Jika Anda telah membaca seratus buku tentang manajemen (atau bidang yang lainnya), maka Anda layak disebut sangat baik menguasai ilmu manajemen. Namun jika Anda telah membaca kurang lebih lima ratus buku tentang manajemen maka Anda sangat-sangat layak untuk disebut orang hebat dalam ilmu manajemen.

Rata-rata orang sukses menghabiskan minimal tiga jam untuk membaca buku dibidangnya. Di rumah-rumah mereka terdapat perpustakaan pribadi yang berisi ratusan bahkan ribuan judul buku. Mereka juga sangat-sangat menghargai waktu. Kemanapun mereka pergi, buku senantiasa menjadi teman yang setia. Mereka menyempatkan membaca selembar demi selembar disela-sela kegiatan. Tidak ada waktu kosong yang tidak dilewatkan dengan membaca.

Secara teknis, seseorang tidaklah perlu sekolah setinggi mungkin untuk memperoleh ilmu. Kecuali yang diinginkan adalah ijasah atau gelar akademik. Hanya dengan rajin membaca dan praktek, seseorang bisa menjadi ahli dalam setiap bidang yang diminatinya. Kebanyakan dari para pelajar maupun mahasiswa, kegiatan menuntut ilmu hanya dilakukan saat pembelajaran di dalam kelas. Dengan keterbatasan jam belajar serta kemampuan pengajar dalam menyampaikan materi, dapat Anda perkirakan berapa banyak ilmu yang dapat mereka serap. Tanpa ditunjang oleh kegiatan membaca maka yang tercipta adalah para lulusan perguruan tinggi yang siap memenuhi daftar panjang para pengangguran terdidik di negara ini.

Jika dipersentasekan dari seluruh mahasiswa disebuah Universitas, rata-rata hanya 10% yang gemar membaca. Sebagian lainnya hanya membaca jika ditugaskan oleh dosen. Dan sebagian lainnya bahkan memberi label pada diri mereka sebagai orang yang anti-baca. Sungguh sangat ironis, mahasiswa yang dikenal masyarakat sebagai kaum intelek tapi memiliki minat baca yang sedikit. Inginnya saja di sebut intelek, tapi sikap dan tingkah laku masih seperti anak SMP. Semangatnya ingin jadi aktivis, tapi saat diajak berdiskusi bisanya nengok kanan-kiri. Cita-citanya ingin jadi politisi, tapi bisanya hanya mengkritisi tanpa bisa memberikan solusi. Semua yang dibicarakan tergolong basi.

Untuk memajukan bangsa ini kita butuh lebih banyak pemimpin. Pemimpin sejati yang mampu membawa bangsa ini kepada perubahan besar. Pemimpin sejati yang mampu melihat potensi yang ada dari bangsa ini dan mampu memaksimalkannya untuk kemakmuran bersama. Pemimpin sejati yang mampu mengatasi setiap permasalahan dengan bijak. Pemimpin cerdas yang mampu merubah budaya baca bangsa Indonesia menjadi maju.

Secara yakin, marilah kita pastikan bahwa Andalah salah satu pemimpin sejati itu. Marilah kita bangun bangsa ini bersama. Melalui dari saat ini, mulai dari diri sendiri, dan mulai dari hal yang terkecil yaitu membaca buku. Sudahkah Anda membaca buku hari ini? Because Leader is Reader. SALAM SUKSES

Terlahir Sebagai Jenius

Terlahir Sebagai Jenius

(Dilema antara potensi diri dan sistem pendidikan di Indonesia)

Mengapa di dunia ini ada orang pintar dan ada orang bodoh? Ada yang miskin dan ada yang kaya? Ada orang sukses dan ada orang gagal? Ada yang bermental pemenang dan ada yang bermental pecundang? Pertanyaan seperti ini mungkin pernah hadir di benak Anda. Bahkan mungkin jika lebih dalam lagi Anda akan bertanya “Benarkah Tuhan itu adil?”. Jika memang benar Tuhan adil, kenapa nasib manusia berbeda-beda? Sungguh jika pertanyaannya sampai ke arah situ, kesalahan terbesarnya ada pada diri kita. Kita tidak memiliki hak untuk mempertanyakan hal tersebut. Bicara tentang keadilan Tuhan, itu adalah hal yang mutlak harus diyakini.

Saya sangat percaya ketika diciptakan, setiap manusia diberi bentuk yang sebaik-baiknya (QS. At-Tien ayat 4). Diberikan potensi yang sama. Diberikan fisik, akal, hati, dan ruh. Sebagai modal untuk menjalani hidup ini. Aa Qym, BJ Habibie, Fadel Muhammad, atau siapa saja dan dimana saja, memiliki peluang dan kesempatan yang sama. Sama-sama menghirup oksigen, sama-sama makan nasi, sama-sama dalam sehari memiliki waktu 24 jam. Tidak ada yang lebih dan tidak ada yang kurang.

Demikian halnya dengan otak manusia. Terlepas apakah Anda adalah seorang ilmuan, pelajar, pedagang, pengusaha, kontraktor, birokrat, ibu rumah tangga, atau supir bentor. Setiap orang memiliki dua belahan otak, yaitu otak kiri dan otak kanan. Kemudian otak tersebut terbagi lagi menjadi tiga bagian yaitu : Neokortex atau otak berpikir untuk fungsi berpikir intelektual, penalaran, perilaku waras, bahasa, dan kecerdasan yang lebih tinggi ; sistem limbik atau otak mamalia berfungsi untuk menyimpan memori, emosi / perasaan, bioritmik, serta sistem kekebalan tubuh ; sedangkan batang atau otak reptil yang berfungsi sebagai motor sensorik, kelangsungan hidup, dan sistem bertahan hidup “ Hadapi atau lari”.

Seseorang menjadi cerdas tidaklah dikarenakan dikepalanya ditambahi suatu komponen atau alat khusus yang mampu meningkatkan kecerdasannya. Secara bahan baku, otak manusia semuanya sama. Penggunaan dan pengasahan potensi otaklah yang menjadikan hasil yang berbeda-beda.

Dalam kehidupan ini, 60 % orang hidup tanpa mengetahui potensi yang dimilikinya. 30 % mengetahui potensi diri namun tidak tahu bagaimana cara menggunakannya. 7 % lagi adalah orang yang tahu potensi dirinya, mengerti bagaimana cara menggunakannya, namun tidak mampu atau tidak berkeinginan untuk memaksimalkannya. Sisa 3 % adalah orang-orang yang namanya dikenal sepanjang masa, mereka adalah orang-orang yang mengenal betul potensi yang ada dalam diri mereka, mengerti bagaimana cara untuk mendayagunakannya, penuh antusias dalam upaya memaksimalkan potensi tersebut.

Setiap manusia dilahirkan sebagai jenius dan mempunyai kemampuan belajar yang sangat luar biasa. Akan tetapi hal tersebut hanya akan terlaksana jika orang tersebut mau mengelola Potential Quotient (PQ) yang ada dalam dirinya. PQ berbanding lurus dengan Konsep Diri. Semakin baik Konsep Diri seseorang maka semakin besar potensi diri yang dapat ia kembangkan.

Proses pembentukan Konsep Diri dimulai sejak kita dilahirkan. Siapapun Anda dan di sadari atau tidak, ada dua masa kritis yang harus dilewati ketika seseorang di masa kecil. Periode pertama adalah pada usia 0 – 6 tahun. Periode ini sebenarnya terbagi dua, yaitu usia 0 – 3 tahun dan 3 – 6 tahun. Apa yang terbentuk pada tiga tahun pertama dalam hidup seorang anak merupakan fondasi yang akan digunakan sebagai landasan untuk mengkonstruksi dirinya pada tiga tahun ke dua. Selanjutnya apa yang telah terbentuk pada 6 tahun pertama hidup anak, akan digunakan sebagai fondasi untuk mengembangkan diri lebih lanjut. Pada masa ini, anak mulai belajar banyak hal, bahkan saat inilah anak memiliki kemampuan belajar yang sangat tinggi. Dengan metode meniru dan “try and error”, dia berusaha mengetahui segala hal yang baru disekitarnya. Permasalahan muncul ketika sang orang tua tidak tahu bagaimana seharusnya menyikapi semangat sang anak tersebut. Kebanyakan orang tua melarang anaknya untuk melakukan ini dan itu. Akhirnya semangat belajar anak mulai dipupuskan.

Sebagai contoh ketika kecil umumnya anak senang meniru apa yang dilakukan oleh orang tua. Ketika dia melihat orang tua atau mungkin kakaknya sedang menulis, dia pun ingin menulis. Akhirnya diapun diberikan pensil / spidol dan kertas. Bagi seorang anak, spidol dan kertas adalah mainan baru. Dengan segala keingintahuan dan kreativitas dia menggerakkan spidol tersebut di atas kertas. Mungkin awalnya menggambar titik, kemudian garis, garis lengkung, bulatan, dan seterusnya. Terkadang juga dia ingin bereksperimen dengan menggerakkan spidolnya diatas media selain kertas, entah itu badannya sendiri, pakaiannya, buku catatan kakaknya, bahkan hingga kesepanjang dinding rumah. Sebagian orang tua melihat kreativitas anak tersebut sebagai bentuk kenakalan. Ketika dia mulai menggambar sesuatu di dinding, orang tua tanpa memberikan penjelasan langsung saja memarahi, membentak, bahkan memukul tangan dan pantat si anak. Di alam bawah sadarnya mulai terbentuk pesan bahwa belajar adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Mempelajari sesuatu adalah pelanggaran berat atas aturan orang tua. Mencoba sesuatu yang baru adalah sebuah penderitaan karena selalu berakhir dengan bentakan, ancaman, dan hukuman fisik dari orang tua.

Masa kritis selanjutnya adalah saat anak masuk SD. Lima tahun pertama hidup anak di SD merupakan masa kritis yang jarang atau bahkan tidak pernah diperhatikan orangtua dan pendidik. Mengapa lima tahun di SD ini sangat penting?

Semua ini berhubungan dengan sistem pendidikan yang diterapkan di sekolah. Ketika anak mulai masuk SD, dia akan mengalami sebuah shock berat. Ketika sebelum masuk SD, segala sesuatu begitu indah. Setiap harinya dilalui dengan bernyanyi, menari, atau melakukan apa saja yang dia inginkan. Akan tetapi, ketika dia memasuki SD, segalanya berubah drastis. Saat di kelas dia harus senantiasa duduk manis memperhatikan guru yang sedang menjelaskan pelajaran yang belum tentu menyenangkan bagi dia. Belum lagi gurunya sering kali galak dan sama sekali tidak menarik ketika sedang mengajar.

Disamping itu, anak pun mulai dihadapkan dengan sebuah kondisi yang tidak sehat. Mereka mulai diperbandingkan satu sama lain, hingga akhirnya timbullah justifikasi dari sang guru tentang siapa “anak cerdas” dan siapa “anak bodoh”. Sebenarnya justifikasi seperti itu adalah sebuah kesalahan besar. Memvonis seseorang sebagai “anak bodoh” adalah hal yang tidak manusiawi. Setiap anak adalah cerdas. Ketika anak tidak menguasai satu mata pelajaran, itu bukanlah karena anak tersebut bodoh, akan tetapi karena anak itu belum paham saja.

Belum pahamnya anak bisa disebabkan dua hal, yang pertama adalah karena anak tersebut belum memiliki dasar yang kuat terhadap materi yang diberikan dikelas. Ketika sebelum masuk SD, setiap anak di kelas memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Ada yang meski sebelum masuk SD telah diajarkan oleh orang tuanya belajar menghitung dan mengeja, ada juga yang sama sekali belum mengenal huruf dan angka. Ketika masuk SD dengan bekal yang berbeda-beda, anak dihadapkan pada persaingan menjadi anak berprestasi. Secara otomatis, anak-anak yang telah lebih dahulu mengenal angka dan cara berhitung akan lebih unggul dibanding anak yang sama sekali baru belajar menghitung. Jika demikian, apakah cukup adil jika seorang guru memberika penilaian anak tersebut “bodoh”.

Kedua adalah bisa jadi anak tidak paham dengan mata pelajaran tersebut karena gurunya tidak dapat menjelaskan dengan baik. Setiap anak memiliki gaya belajar masing-masing. Jika sang guru mengajarkan sesuatu dengan cara yang tidak sesuai dengan gaya belajar anak, transfer ilmu yang dilakukan tidak akan berjalan semestinya. Apalagi di Indonesia, anak SD kelas 1 sudah dibebani dengan minimal 9 (sembilan) mata pelajaran. Hebatnya lagi, anak-anak kita “harus” bisa mencapai nilai yang bagus. Kalau tidak baik nilainya maka akan dicap anak bodoh, bloon, tolol, goblok, telmi, otak udang, idiot,dan masih banyak istilah “keren” lainnya.

Dari semua bidang studi, ada dua bidang studi yang menjadi kunci pembentukan Konsep Diri anak. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan di Spanyol. Kedua bidang studi itu adalah matematika dan bahasa. Mengapa matematika dan bahasa? Di seluruh dunia, saat anak masih di SD, yang diutamakan adalah 3R yaitu Reading, Writing, and Arithmetic. Atau kalau dalam bahasa Indonesia adalah 3M yaitu Membaca, Menulis, dan Menghitung.

Saya setuju dengan pentingnya anak menguasi 3M dengan alasan berikut. Pertama, bahasa adalah kunci untuk memahami bahan ajar. Anak yang lemah kemampuan bahasanya akan sangat sulit untuk bisa mempelajari bahan ajar yang disampaikan guru. Mengapa ? Karena semua bahan ajar disampaikan dengan menggunakan bahasa sebagai media atau pengantar. Kedua, matematika sangat penting untuk mengembangkan logika berpikir dan sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.

Di Singapore, selama 2 tahun pertama anak di SD, mereka hanya diajarkan 3 bidang studi, yaitu bahasa Inggris, Matematika, dan bahasa Ibu (misalnya Mandarin, Melayu, India). Bidang studi lainnya baru diajarkan mulai kelas 3 SD. Hal ini disengaja agar saat anak mempelajari suatu materi, saat mereka kelas 3 SD, mereka telah mempunyai fondasi yang kuat yaitu kemampuan baca, tulis, dan hitung yang baik. Bandingkan dengan apa yang harus dijalani anak-anak kita di Indonesia. Saat kemampuan berbahasa mereka masih belum bagus anak, di Indonesia, telah dituntut untuk mempelajari sangat banyak materi. Ditambah lagi, pada umumnya anak didik kita lemah di Matematika.

Anda mungkin bertanya, ”Mengapa kemampuan bahasa dan matematika yang kurang baik dapat berpengaruh negatif terhadap Konsep Diri seorang anak?”. Sebelum saya menjawab pertanyaan di atas, saya ingin menyampaikan hasil penelitian yang dilakukan di propinsi Almeria di Spanyol. Penelitian ini dilakukan terhadap 245 murid SD. Hasil dari penelitian itu menyebutkan bahwa bidang studi yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap Konsep Diri anak adalah bahasa dan matematika.

Intisari dari penelitian itu adalah sebagai berikut:

  1. Prestasi akademik menentukan konsep diri

Pengalaman akademik, baik keberhasilan maupun kegagalan, lebih mempengaruhi konsep diri anak, daripada sebaliknya.

  1. Level konsep diri mempengaruhi level keberhasilan akademik
  2. Konsep diri dan prestasi akademik saling mempengaruhi dan saling menentukan
  3. Terdapat variabel lain yang dapat mempengaruhi konsep diri dan prestasi akademik

Sekarang coba kita cermati apa yang terjadi di sekolah? Anak, sejak SD kelas 1, telah dijejali dengan begitu banyak materi yang harus dipelajari. Pada saat itu, misalnya, kemampuan bahasanya masih kurang bagus. Lalu apa akibatnya? Nilai yang dicapai anak kurang maksimal karena faktor bahasa yang menjadi penghambat. Karena sering mendapat nilai buruk, guru dan orangtua mulai memberi label ”bodoh” pada anak ini. Yang terjadi selanjutnya adalah proses pemrogramam atau lebih tepatnya ”pembodohan” anak karena Konsep Diri anak buruk.

Lalu bagaimana dengan matematika. Ini setali tiga uang. Proses pembelajaran matematika di SD sangat tidak manusiawi, bertentangan dengan cara belajar anak, dan sama sekali tidak fun. Jika ditanya kepada anak “Apa pelajaran yang paling tidak disukai di sekolah?”, rata-rata anak akan mengatakan dengan tegas “ Matemetika!!!”. Kalo begitu apa yang salah dengan matematika?

Cara mengajar matematika di sekolah pada umumnya bersifat abstrak. Apa maksudnya? Jika kita mengacu pada Piaget (teori perkembangan kognitif) dan Montessori (proses konstruksi diri anak) maka pada usia SD anak harus belajar dengan cara konkrit. Konkrit maksudnya adalah ada benda yang bisa dilihat dan dipegang anak saat anak belajar simbol matematika. Angka ”1”, ”2”, ”3”, dan seterusnya, ini adalah simbol dan bersifat abstrak. Untuk bisa benar-benar memahami konsep matematika, urutan pembelajaran yang benar adalah dari konkrit, semi abstak, dan abstrak. Selain itu, hal yang perlu diperhatikan adalah gaya belajar dan kepribadian anak. Setiap gaya belajar membutuhkan strategi yang berbeda.

Hal yang tampak remeh ini akan berakibat sangat fatal terutama saat anak duduk di SD kelas 4 dan seterusnya. Saat ini, bila dasar matematika dan bahasanya tidak kuat, maka prestasi akademiknya akan jelek. Prestasi akademik yang buruk, sekali lagi, sangat berpengaruh terhadap Konsep Diri anak. Persis sama seperti hasil penelitian di Spanyol. Konsep Diri yang buruk akan terbawa hingga dewasa dan mengakibatkan anak tidak bisa berprestasi maksimal dalam hidupnya.

Saat anak tidak menguasai konsep yang benar, ditambah lagi kemampuan bahasanya masih minim, lalu anak diberi soal cerita, apa yang terjadi? Habislah anak tersebut. Nilainya pasti jeblok. Hal ini, kalau terjadi berulang kali (repetisi), ditambah lagi orangtua atau guru mengatakan dirinya bodoh (informasi dari figur yang dipandang memiliki otoritas), ditambah lagi emosi yang intens yang terjadi dalam diri seorang anak, maka langsung menghasilkan pemrograman pikiran bawah sadar yang sangat powerful. Celakanya lagi, ini program negatif, dalam bentuk Konsep Diri yang buruk.

Lalu apa ciri-ciri anak dengan Konsep Diri yang buruk? Pertama, anak tidak atau kurang percaya diri. Kedua, anak takut berbuat salah. Ketiga, anak tidak berani mencoba hal-hal baru. Keempat, anak takut penolakan. Dan yang kelima, anak tidak suka belajar dan benci sekolah.

Konsep Diri yang positif sangat penting bagi seorang anak dan juga untuk orang dewasa. Fondasi yang rapuh (Konsep Diri jelek) tidak memungkinkan kita untuk bisa membangun gedung bertingkat (sukses) di atasnya.

Banyak hal yang perlu diketahui orangtua dan pendidik agar dapat membantu anak belajar, antara lain konsep diri, cara kerja pikiran, cara kerja otak, cara kerja memori, motivasi, rentang fokus optimal, gaya belajar, gaya asimilasi, penguasaan materi, manajemen kelas, kepribadian, musik, teknik memori, teknik mencatat, teknik berhitung, dan masih banyak lagi. Kalau sudah begini maka terlihat jelas bahwa proses mengajar dan belajar bukanlah hal yang sederhana.

The Power Of Believe

The Power Of Believe

Ada hal penting yang sering kali disepelekan oleh setiap orang. Sesuatu yang sederhana, namun memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan seseorang. Yaitu “keyakinan”.

Keyakinan bisa membuat orang sakit, bisa membuat orang membunuh orang, bisa membuat orang miskin, bisa membuat orang bodoh, bahkan bisa membuat orang mati. Dikisahkan bahwa di eropa pernah terjadi orang meninggal membeku didalam sebuah Truk Pendingin daging padahal saat itu mesin pendinginnya sedang mati. Keyakinannya bahwa jika terkurung di dalam mesin pendingin akan membuatnya mati membeku benar-benar telah membuatnya mati membeku.

Sering kali kita tidak mengetahui dari mana datangnya keyakinan, dan mungkin sudah mendarah daging dalam alam bawah sadar kita. Keyakinan datang dari pengalaman kita, dari apa yang kita baca, apa yang kita dengar, dan apa yang kita rasakan. Baik secara sadar atau tidak sadar, keyakinan itu lalu melandasi cara berpikir, bertindak, berbicara di masa sekarang serta di masa depan. Dan sering kali apa yang kita yakini menjadi kenyataan bagi kita. Mungkin kita hanya sekedar mendengar apa-apa yang dikatakan sekeliling kita, dan logika kita tidak begitu peduli untuk menyaringnya. Dari apa yang kita dengar tersebut akhirnya masuk dan mempengaruhi alam bawah sadar kita, menjadikannya sebuah keyakinan dan membuatnya tampak nyata. Sebagai contoh, seorang siswa yang pernah disebut “malas” oleh orang tua, guru, teman, atau siapa saja yang dipercayainya maka akan memiliki keyakinan bahwa dirinya malas, dan akhirnya benar-benar menunjukan sikap malas tersebut (mungkin diantara kamu ada yang pernah mengalaminya). Info negatif menghasilkan keyakinan negatif, menghasilkan tindakan negatif. “Junk in-junk out”.

Apabila kita yakin bahwa kita bisa mencapai hasil yang kita inginkan, tindakan kita semakin banyak dan sungguh-sungguh. Ketika tindakan kita banyak dan sungguh-sungguh, potensi yang kita gunakan semakin besar. Semakin besar potensi yang kita gunakan, hasilnya semakin besar pula. Dan semakin besar hasilnya, kita semakin yakin.

Demikian sebaliknya, ketika ketika hasil kita tidak bagus, keyakinan kita akan mengecil. Semakin kecil keyakinan kita, semakin kecil juga tindakan kita dan tidak kita lakukan dengan sungguh-sungguh. Semakin sedikit tindakan dan kesungguhan kita, semakin seikit pula potensi yang digunakan, semakin kecil hasilnya semakin yakin pula bahwa kita tidak mampu.

Ada satu cerita tentang orang singapura yang bernama Adam Khoo. Ketika umur 12 tahun Adam dicap sebagai orang yang malas, bodoh, agak terbelakang dan tidak ada harapan. ketika SD, dia benci membaca; maunya hanya main Game dan nonton TV. Karena tidak belajar, banyak nilai F yang membuat dia semakin benci kepada gurunya, benci belajar, bahkan juga benci terhadap sekolah.

Saat duduk di kelas 3 dia dikeluarkan dari sekolah, dan pindah kesekolah yang lain. Ketika masuk SMP, dia ditolak 6 sekolah, dan akhirnya masuk sekolah terjelek. Di sekolah yang begitu banyak orang bodohnya itu, Adam Khoo termasuk yang paling bodoh. Antara 160 murid seangkatan, Adam Khoo menduduki peringkat 10 terbawah.

Orang tuanya panik dan mengirim dia ke banyak tempat les, tetapi hal itu tidak menolong sama sekali. Guru matematikanya pernah mengundang ibunya dan bertanya “kenapa di SMP kelas 1, Adam Khoo tidak bisa mengerjakan soal kelas 4 SD?”

Pada umur 13 tahun, Adam Khoo dikirim ke Super-Teen Program yang diajarkan oleh Ernest Wong, yang menggunakan teknologi Accelerated Learning, Neuro Linguistic Programming (NLP) dan Whole Brain Learning. Sejak saat itu keyakinan Adam Khoo berubah. IA YAKIN BAHWA IA BISA. Ditunjukkan oleh Ernest Wong bahwa semua orang bisa menjadi genius dan menjadi pemimpin walaupun awalnya goblok sekalipun. Dikatakan oleh Ernest Wong, “satu-satunya hal yang bisa menghalangi kita adalah keyakinan yang salah serta sikap yang negatif.”. kata-kata itu mempengaruhi Adam Khoo. Dia akhirnya memiliki keyakinan bahwa kalau ada orang yang bisa mendapatkan nilai A, dia juga bisa.

Setelah mengikuti pelatihan, Adam Khoo langsung take action dengan menempelkan kata-kata motivasinya yang dia gambar sendiri dan belajar dengan menggunakan cara belajar yang benar (yang selama ini tidak diajarkan di sekolah manapun), menggunakan teknik membaca cepat, cara mencatat dengan menggunakan kedua belah otak, dan menggunakan teknik super memori.

Singkat cerita akhirnya Adam Khoo akhirnya lulus dari SMP dengan rangking 1 dengan Nilai Ebtanas Murni A semua untuk 6 mata pelajaran yang diuji. Dia kemudian diterima di Victoria Junior College (SMA terbaik di Singapura) dan mendapat nilai A bulat untuk 3 mata pelajaran favoritnya. Akhirnya dia diterima di National University of Singapure (NUS) dan karena di universitas itu dia setiap tahun menjadi juara, akhirnya Adam Khoo dimasukkan ke NUS Talent Development Program. Program ini diberikan khusus kepada TOP 1% mahasiswa yang dianggap jenius.

Berhati-hatilah atas apa yang kamu yakini. Pilihlah hanya keyakinan-keyakinan positif. Keyakinan yang mendukung, keyakinan yang menjadikanmu lebih baik, keyakinan yang bisa menjadikanmu berkembang untuk semakin menjadi lebih baik.

“The past does not equal the future”, masa lalu tidaklah sama dengan masa yang akan datang. Masa depanmu ditentukan oleh apa-apa yang kamu yakini saat ini. Salam Dahsyat!!!

Jumat, 21 Maret 2008

Anak Elang yang Beda

Anak Elang yang Beda
(Self Motivation Series : Menjadi Manusia Hebat dengan Cara Berbeda)

Dalam Self Motivation Training, sebuah program pelatihan bagaimana cara menumbuhkan kepercayaan diri yang tinggi, saya sering kali menggunakan story telling “anak elang” sebagai sebuah pendahuluan. Sebuah cerita sederhana yang memiliki hikmah yang luar biasa. Pada kesempatan ini, saya ingin berbagi cerita itu kepada pembaca semua.
Suatu hari seorang anak petani sedang berjalan menyusuri sebuah lembah yang cukup terjal. Diatas tebing tersebut ternyata terdapat sarang seekor elang raja. Pada siang hari, sang elang pergi berburu mangsa. Mengumpulkan tenaga untuk persiapan masa mengerami telur-telurnya.
Setelah memastikan sarang tersebut kosong, si anak petani kemudian dengan sangat hati-hati memanjati tebing tersebut. Dengan berpijak diantara tonjolan-tonjolan batu, dia terus memanjat hingga tepat berada di depan sarang elang raja. Sarang tersebut terbuat dari tumpukan jerami dan ranting-ranting pohon. Sarang yang cukup besar, sesuai dengan ukuran induk elang raja. Didalam sarang terdapat 3 butir telur. Si anak petani tersebut menjulurkan tangannya kedalam sarang. Mencoba menggapai telur. Dengan susah payah, akhirnya dia dapat mengapai telur yang terdekat. Mengambilnya. Dan meletakkannya kedalam keranjang yang telah disiapkannya. Ketika tangannya kembali hendak dimasukkan kedalam sarang. Terdengar teriakan tajam. Pekikan yang sangat keras. Ternyata suara itu berasal dari induk elang yang terbang melayang tidak jauh dari sarang tersebut. Melihat induk elang tersebut, si anak petani spontan kaget. Dengan wajah sedikit pucat dia segera menarik kembali tangannya dari sarang elang. Dan dengan segera bergerak turun dari tebing tersebut. Si anak petani ini sadar. Jika dia tetap memaksakan diri untuk mengambil telur-telur lainnya. Maka akan sangat berbahaya bagi keselamatan jiwanya. Melihat telur-telurnya diambil, sang induk elang pasti sangat marah dan akan dengan berani menyerang sipencuri telur. Jika serangan itu dilakukan didarat, mungkin si anak petani masih memiliki keberanian, karena kakinya bertumpu diatas tanah, dan kedua tangannya dapat bergerak bebas mengelak bahkan membalas seranga si elang. Akan tetapi kondisinya tidak demikian. Diatas tebing, kakinya hanya bertumpu diatas sela-sela batu. Demikian juga tangannya harus tetap memengang kuat batu diatasnya agar tidak terjatuh. Jika dalam kondisi demikian sang induk elang melakukan penyerangan maka dikwahatirkan itu akan sangat mengganggu konsentrasinya dalam mempertahankan posisi diatas tebing terjal tersebut. Jika dia sampai lengah, maka dia akan jatuh diatas batu-batu terjal. Tewas seketika.
Si anak petani tersebut segera merangkak turun dari tebing terjal tersebut. Berlari menyusuri jalan setapak menuju kembali kedesanya.
Setiba didesa, dia mengeluarkan telur elang tersebut dan meletakkannya bersama dengan telur-telur ayam yang ada di kandang. Selama tiga minggu, telur-telur tersebut dierami oleh sang induk ayam. Tanpa ada rasa curiga sekalipun, sang induk memperlakukan telur penyusup tersebut sama seperti telur-telur yang lain.
Satu persatu telur tersebut kemudian menetas. Wajah imut dan teriakan dari anak-anak ayam menjadikan pagi itu meriah. Meski saat itu semua telur telah menetas, sang induk belum mau mengajak anak-anaknya keluar dari sarang tempat menetas. Dia akan menunggu waktu yang tepat. Saat anak-anaknya cukup kuat untuk berdiri dan berjalan tuk mencari makan.
Suatu hari, sang induk ayam mengajak anak-anaknya mencari makan disebuah tanah lapang yang luas. Mereka mengitari tempat itu sambil mengais, mematuk biji-bijian yang ada. Sesekali mereka terlihat berlari mengejar belalang yang terbang pendek.
Demikian halnya dengan sang anak elang raja. Setiap harinya dia melakukan aktivitas yang sama seperti yang dilakukan saudara-saudaranya. Terkadang dia cukup menyadari bahwa bentuk tubuhnya sedikit berbeda dengan saudaranya yang lain. Dia memiliki paruh yang lebih panjang dan tajam. Sayapnya pun ketika dibuka lebar, jauh lebih besar dibanding sayap ayam.
Saat mereka sedang asyik mengais-ngais tanah. Tiba-tiba ada sekelebat bayangan yang melintas diatas mereka. Dengan penuh keterkejutan, mereka serempak menengok keatas. Dilangit terlihat seekor burung yang terbang dengan anggunnya. Sayapnya yang lebar membuatnya terlihat begitu perkasa dan kuat. Dadanya membusung seperti orang sombong. Matanya tajam seperti sinar sang surya disiang hari. Sang induk ayam yang segera mengetahui bahwa makhluk tersebut adalah elang. Segera berteriak kepada anak-anaknya untuk bersembunyi. Dia membuka sayapnya lebar-lebar. Membiarkan anak-anaknya masuk kedalam bawah sayapnya dan bersembunyi di dalamnya. Anak-anaknya pun segera berlarian kearah ibunya.
Dari balik sayap induknya, mereka terus saja memperhatikan makhluk yang terbang diangkasa tesebut. Sang anak elang yang ikut berhimpit-himpitan dibawah sayap induknya tersebut terus saja memperhatikan kemana makhluk itu terbang. Dengan penuh kekaguman dia berkata
“wow…hebat sekali makhluk itu”
“lihat sayapnya yang lebar itu, sangat-sangat mempesona. Dia dapat terbang meliuk kesana kemari. Bergerak sesuka hati”
“seandainya aku dapat seperti itu, akan sangat menyenangkan sekali. Aku akan terbang jauh, menyebrangi gunung dan lautan, mendatangi tempat-temat baru. Mencari makan dimanapun aku inginkan”.
Mendengar decak kagum seudaranya, salah satu dari anak-anak ayam berkata dengan penuh keheranan
“kenapa kamu berpikiran seperti itu?”.
“kita adalah anak ayam, dan tempat kita adalah dibawah sini”
“jangan pernah bermimpi untuk terbang”
“meski kamu memiliki sayap sebesar itu kamu tidak akan bisa terbang”
Anak-anak ayam lainnya ikut menimpali, meyakinkan sang anak elang bahwa dirinya adalah anak ayam, dia tidak dapat terbang, dia ditakdirkan untuk hidup di darat, mencari makan dengan cara mengais-ngais tanah dengan kaki dan paruhnya.

***
Anak Elang yang merasa dirinya anak Ayam. Itulah yang banyak terjadi pada diri orang kebanyakan. Mungkin juga diri Anda. Ketika mereka melihat orang-orang yang hebat, terkenal, dan penuh dengan popularitas, mereka akan berkata “Wow hebat sekali ya dia…, seandainya aku bisa seperti itu”. Atau mungkin Anda pernah bergumam di dalam hati ketika sedang memikirkan tokoh idola Anda, “ Hebat ya Aa Gym, seorang Dai terkenal dengan puluhan perusahaan, bisa nggak ya saya jadi seperti beliau?”. “Hebat ya Pak Habibie, bisa menjadi ilmuan dunia, sangat-sangat jenius, seandainya saja saya bisa jadi seperti beliau”. “Keren juga si Ronaldo, bisa menjadi pemain sepak bola terbaik sedunia. Andai saja aku terlahir menjadi orang Brazil”. Atau mungkin bagi Anda kaum hawa “Senang sekali jika saya menjadi Krisdayanti, punya tubuh seksi, banyak pengagum dan kaya raya. Tapi mungkin nggak ya?”. Atau tokoh-tokoh lainnya yang selalu Anda kagumi kehebatan dan kepopulerannya.
Sering kali kita melihat mereka dengan cara yang berlebihan. Begitu takjubnya hingga melupakan siapa diri kita. Melupakan potensi yang kita miliki. Kita terlalu sering melihat jauh keluar diri kita, lupa untuk bercermin secara positif tentang apa yang ada dalam diri kita. Kita terlalu meninggikan orang lain, dan menganggap rendah diri kita. Melupakan bahwa kita semua diciptakan dengan potensi yang “sama”.
Sekarang, saya ingin mengajak Anda mengkaji satu persatu apa yang menjadikan Anda merasa berbeda dengan mereka. Secara potensi fisik, apa perbedaan Anda dengan mereka? Dan apakah fisik Anda menjadi faktor penghalang untuk mencapai kesuksesan seperti yang telah mereka capai sebelumnya? Perhatikan hal ini. Jika Anda merasa diri berukuran tubuh pendek, Anda dapat menjadi ilmuan seperti Pak Habibie atau seorang Napoleon Boneparte. Anda merasa minder dengan kulit hitam dan rambut ikal, Anda bisa menjadi penyanyi seperti Harvey Malaiholo atau Craig David, bisa juga menjadi seorang Nelson Mandela. Anda merasa bermasalah dengan tubuh gemuk, Anda dapat menjadi presenter handal seperti Dewi Hughes atau Tika Panggabean, atau mungkin Anda bisa jadi pegulat sumo terkenal. Anda merasa minder dengan gigi yang agak merongos kedepan, Anda bisa menjadi pelawak terkenal sepanjang masa seperti Dono, atau pemain bola seperti Ronaldo dan Ronaldinho. Anda kecewa dengan tubuh Anda yang kurus kering, Anda dapat menjadi pelawak seperti Doyok atau Aming atau seorang Ariesandi Setyono, pakar Matematik yang merumuskan metode “Mathemagic”. Mata Anda buta atau juling, Anda dapat menjadi penyanyi dan pencipta lagu seperti Stevie Wonder. Atau Anda sedih karena terlahir cacat tanpa lengan dan kaki, maka Anda dapat menjadi seperti Hirotada Ototake, penulis buku “No One’s Perfect” yang populer di seluruh dunia. Atau seorang Patricia Saerang, wanita yang lahir di Manado tanpa lengan sama sekali. Patricia saat ini menjadi pelukis dan penulis andal dengan menggunakan kaki kirinya. Apa selanjutnya masalah fisik Anda?
Dari fakta diatas, terlihat jelas bahwa bagaimanapun kondisi kesehatan Anda, seperti apapun bentuk fisik Anda. Itu bukanlah alasan untuk menjadikan Anda tidak percaya diri (minder) dan tidak memiliki kesempatan untuk sukses. Antara kondisi fisik dan kepercayaan diri sesungguhnya tidak memiliki hubungan. Yang menjadi faktor penentu tumbuhnya self confidence yang tinggi adalah tingkat penerimaan Anda terhadap diri Anda apa adanya. Semakin Anda mampu menerima diri Anda apa adanya, maka semakin besar penghargaan Anda terhadap diri Anda. Semakin besar penghargaan diri Anda terhadap diri sendiri, maka akan semakin besar pula rasa percaya diri yang Anda miliki. Tentang bagaimana cara meningkatkan kepercayaan diri Anda, insyaallah akan kita bahas dikesempatan yang lain.
Selanjutnya, siapapun dia, sehebat apapun orang tersebut, semelimpah apapun kekayaan yang dimilikinya. Dia pasti hanya memiliki waktu 24 jam dalam sehari. Ustadz terkenal seperti Aa Qym dalam sehari hanya punya 24 jam. Orang jenius seperti Pak Habibie dalam sehari juga memiliki 24 jam. Gubernur seperti Pak Fadel memiliki waktu dalam sehari 24 jam. Presiden, artis, pengusaha, dokter, pelajar, abang bentor, maupun pengemis memiliki waktu dalam sehari 24 jam. Berapa waktu yang Anda miliki dalam sehari?
Orang-orang hebat, adalah manusia biasa. Metabolisme tubuh mereka sama seperti kita semua. Udara yang dihirup adalah oksigen, yang dilepas adalah Carbon Dioksida. Setiap hari makan nasi dan (maaf) buang air besar dipagi hari. Mereka mandi dipagi hari, bekerja, dan tidur dimalam hari. Sama seperti Anda bukan?
Terus, apa yang menjadikan mereka hebat? Apakah karena mereka memang manusia ajaib yang terlahir dengan begitu banyak mukjijat?. Atau karena mereka terlahir di bulan, hari, dan jam yang keramat sehingga hidupnya penuh keberuntungan (hoki)?. Yang menjadikan mereka berbeda dengan orang kebanyakan adalah karena mereka melakukan sesuatu yang biasa saja namun dengan cara yang “berbeda” atau luar biasa. Dan karena mereka melakukannya dengan cara yang berbeda (luar biasa), hasil yang didapatkanpun “berbeda”.
Aa Gym adalah seorang Dai, tugas dari Dai adalah memberikan ceramah, sama seperti Dai atau ustadz-ustadz yang lainnya. Jadi apa yang menjadikan Aa Gym berbeda? Aa gym dalam setiap ceramahnya memfokuskan pembicaraannya pada bagaimana mengelola hati (Manajemen Qolbu), disampaikan dengan bahasa yang sangat ringan dan contoh-contoh yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Aa Qym mampu mengemas materi ceramahnya dengan baik melalui buku, kaset maupun CD. Selain itu, Aa Gym adalah seorang pengusaha yang memegang teguh sistem ekonomi syariah.
Iwan Fals menjadi terkenal karena menyanyikan lagu-lagu balada yang sangat lekat dengan kondisi sosial msyarakat Indonesia. Dalam lagunya, iwan mengangkat tema-tema kritikan/sindiran politik, penderitaan rakyat, sosial, budaya, kesedihan dan cinta, yang dibalut dalam nuansa akustik gitarnya.
B.J.Habibie menjadi begitu terkenal karena memfokuskan diri pada ilmu yang terkait dengan pesawat terbang. Sesuatu yang sangat jarang di dalami oleh orang Indonesia. Yang menjadikan beliau berbeda adalah gagasannya untuk membuat pesawat di Indonesia, mendirikan IPTN. Serta relasi politik yang mengantarkan beliau hingga menjadi presiden RI ke-3.
David Beckham menjadi terkenal dikarenakan dia berbeda dengan pemain bola lainnya. Selain mahir dalam memainkan si kulit bulat di tengah lapangan, melakukan tendangan melengkung, dan mencetak gol ke gawang lawan. Dengan wajah gantengnya, Beckham menjadi model iklan beberapa produk pria. Pernikahannya dengan mantan vokalis Spice Girl semakin mempopulerkan namanya tidak hanya dilapangan bola, namun hingga berita selebriti.
Ulfa Dwijayanti meski memiliki wajah yang tidak cantik, mampu menjadi artis terkenal dan presenter ternama. Hal berbeda yang dilakukan oleh Ulva adalah pembawaannya yang kocak, lucu, serta menggemaskan.
Sama seperti gubernur lainnya di seluruh Indonesia, Fadel Muhammad adalah manusia biasa. Namun beliau menjadi populer di masyarakat Gorontalo maupun tingkat nasional dikarenakan program yang beliau jalankan. Fadel menjadikan program agropolitan, khususnya budidaya tanaman jagung sebagai program unggulannya yang pertama. Suatu hal yang sederhana namun sangat jarang di lakukan oleh gubernur-gubernur lainnya di Indonesia.
To be different is not always better, but the better is always different. Menjadi sesuatu yang berbeda memang tidak selalu merupakan hal yang baik, tapi hal yang terbaik itu selalu karena “berbeda” dengan yang lain. Seorang idola dianggap “berbeda” dengan yang lain dikarenakan mampu menghasilkan prestasi cemerlang. Umumnya mereka memiliki kebiasaan, cara belajar, disiplin waktu, serta pembawaan yang “berbeda” dibandingkan orang-orang dengan prestasi biasa. Dalam bukunya “Marketing Your Self”, Hermawan Kertajaya mengatakan bahwa jika seseorang ingin memasarkan dirinya menjadi orang yang terkenal / populer, salah satu hal yang harus dilakukannya adalah Differentiation atau melakukan sesuatu yang beda di banding orang lain. Barang langka, pada umumnya memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan barang yang banyak beredar dipasaran. Emas memiliki nilai yang jauh lebih tinggi dibandingkan batu pasir karena kelangkaan dan sifat “beda” yang dimilikinya.
Tidaklah penting seperti apa diri Anda sekarang. Anda memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi hebat seperti tokoh idola Anda, bahkan mungkin lebih dari tokoh idola Anda. Yang perlu Anda lakukan sekarang adalah tumbuhkan penghargaan diri yang kuat terhadap diri Anda. Hargai diri Anda sebagai karunia terindah dari Sang Pencipta. Tumbuh kembangkan pikiran positif (positive thinking) serta percaya diri (self convidence) yang tinggi. Kerjakan apapun yang sedang Anda kerjakan saat ini dengan cara yang “berbeda” hingga menunjukkan hasil yang “berbeda”. SALAM DAHSYAT!!! (Penulis dapat dihubungi di 085228047189)



Fadel Vs Ronaldo, Siapa yang lebih cerdas?

Fadel Vs Ronaldo, Siapa yang lebih cerdas?
(Self Motivation Series)


Apa kesan Anda terkait dengan judul diatas? Sebagian orang mungkin langsung mengambil sebuah kesimpulan bahwa artikel ini mengandung nuansa politik. Bermaksud untuk mempopulerkan seseorang atau untuk memojokkan salah satu pihak. Judul diatas mungkin terdengar propokatif, tapi yang pasti tidak ada maksud untuk mengagungkan ataupun merendahkan orang lain. Seperti dalam tulisan-tulisan saya sebelumnya. Harapan terbesar dari isi artikel-artikel yang saya tulis adalah untuk menyadarkan diri kita atas potensi yang sesungguhnya telah kita miliki sejak lahir serta menginspirasi setiap orang yang membacanya untuk memanfaatkan potensi diri tersebut untuk sebuah pencapaian yang luar biasa (maximum achievement).
Jika saya minta Anda menjawab mana yang lebih cerdas antara Fadel Muhammad, BJ Habibie, Iwan Fals, Risno Ahaya, Aa Qym, Ade Rai maupun Ronaldo. Seperti apa jawaban anda? Apa dasar yang melatar belakangi jawaban anda? Secara umum, ketika diberikan pertanyaan demikian orang-orang pasti dengan lantangnya akan menjawab bahwa orang yang paling cerdas adalah Bapak BJ Habibie dan mungkin anda juga menjawab demikian.
Jika jawaban anda sama seperti kebanyakan orang, maka itu adalah jawaban yang tidak sepenuhnya benar dan juga tidak sepenuhnya salah. Benar tidaknya sangat tergantung pada dasar apa anda mengkategorikan orang tersebut sebagai orang cerdas serta dalam batasan apa Anda mendefinisikan kata “cerdas” itu sendiri.
Seorang pakar multiple intelligence, Howard Gardner mendefinisikan kecerdasan adalah kemampuan menciptakan produk yang bermanfaat dan menyelesaikan masalah sehari-hari. Namun saya lebih senang menyederhanakan arti kata “cerdas” tersebut sebagai “penguasaan” atau “bakat” terhadap sesuatu. Orang yang cerdas berarti dia menguasai / berbakat terhadap suatu hal, baik berupa pengetahuan maupun keterampilan.
Risno Ahaya lebih cerdas daripada Fadel Muhammad dalam hal kecerdasan musikal. Aa Qym mungkin lebih cerdas daripada Habibie dalam hal kecerdasan spiritual maupun bisnis, dan Ronaldo lebih cerdas daripada Ade Rai dalam hal mencetak gol di gawang lawan. Dan bisa jadi Anda lebih cerdas dibandingkan orang-orang yang saya sebutkan di atas pada kecerdasan tertentu yang Anda miliki.
Setiap manusia terlahir sebagai makhluk yang “istimewa”. Istimewanya dimana? Istimewanya berada pada “Keunikan” yang dibawanya sejak lahir. Manusia tidak diciptakan seperti halnya boneka yang berasal dari satu cetakan (prototipe) yang kemudian diproduksi berulang-ulang. Setiap manusia yang ada dimuka bumi ini tidak satupun memiliki duplikat yang sama dengan dirinya, baik sejak bumi ini diciptakan hingga bumi ini hancur lebur di akhir jaman. Sepasang bayi kembar identik, pasti memiliki perbedaan yang menunjukkan bahwa masing-masing adalah “istimewa”. Setiap manusia diciptakan dengan bentuk fisik tersendiri, sifat bawaan tersendiri, maupun dengan “kecerdasan pilihan” tersendiri.
Mungkin Anda bertanya kenapa saya menyebutnya “kecerdasan pilihan”. Setiap manusia diberikan seluruh potensi kecerdasan oleh Sang Maha Pencipta. Minat manusia itu sendirilah yang kemudian membawanya kepada kecerdasan tertentu yang menjadi keunikannya. Setiap orang bebas memilih untuk menjadi cerdas dibidang mana saja yang dia inginkan. Apakah dibidang ilmu fisika, kimia, bahasa inggris, sosial, spiritual, musik, maupun olah raga (fisik).
Tapi, bukankah kecerdasan itu diturunkan dari orang tua? Faktor kecerdasan yang diturunkan dari orang tua adalah sangat kecil. Seorang musisi yang dianggap mewarisi kecerdasan musik dari orang tuanya sebenarnya “memilih” untuk mengembangkan kecerdasan musiknya dikarenakan referensi yang dimilikinya didominasi oleh dunia musik. Ketika kecil, dia senang melihat ayahnya memainkan alat musik serta ibunya yang senang menyanyi. Ketika acara kumpul keluarga, selalu diisi dengan kegiatan musik. Bernyanyi bersama, mendendangkan lagu-lagu kenangan. Dengan lingkungan yang penuh musik, anak ini kemudian tumbuh menjadi orang yang menyenangi musik. Mulailah dia belajar musik dari ayahnya. Belajar menyanyi dari ibunya. Dan jadilah dia seorang musisi.
Seorang dokter umumnya berasal dari keluarga dokter. Seorang pedagang umumnya memiliki anak yang memiliki jiwa bisnis. Seorang tentara umumnya melanjutkan profesi dari ayahnya. Hal ini tidak berarti bahwa seorang anak mewarisi kecerdasan dari orang tuanya. Terjadinya pola yang demikian lebih dikarenakan pembatasan referensi kecerdasan yang dimiliki serta seringkali ditambah oleh dogma dari orang tua yang ingin anaknya menjadi seperti dirinya.
Kecerdasan tidak diwariskan. Di tingkat masyarakat yang lebih maju. Pemaksaan anak untuk menjadi seperti orang tuanya mulai dihilangkan. Umumnya orang tua memberikan kesempatan kepada anak untuk mengeksplorasi minat yang dimilikinya. Dimasukkanlah anak tersebut ke berbagai tempat kursus. Dibebaskanlah anak tersebut mengikuti kegiatan yang disenanginya. Hingga suatu saat dia menemukan minatnya yang sesungguhnya. Minat tersebut kemudian diperdalam. Difasilitasi hingga anak tersebut benar-benar menguasainya (menjadi cerdas). Dan akhirnya muncullah apa yang sering orang sebut “bakat”.
Bakat bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir. Leonardo Da Vinci ketika lahir tidak membawa kuas ditangannya, tidak langsung dapat menghasilkan lukisan Monalisa. Aa Qym ketika lahir tidak langsung memakai sorban dikepalanya, tidak langsung menjadi dai dan pengusaha kaya. BJ Habibie saat lahir tidak langsung membawa blueprint pesawat Gatotkaca, tidak langsung menemukan teori “crack”. Dan Ronaldo ketika lahir tidak langsung dapat berlari, menggiring bola, dan memasukkan bola kedalam gawang. Prestasi yang mereka miliki itu diperoleh dari sebuah kerja keras. Sebuah ketekunan dalam mengembangkan “minat” yang dimiliki hingga menjadi suatu “bakat”. It’s the rule of the game
Howard membagi kecerdasan manusia menjadi delapan bagian, yaitu : kecerdasan matematis / logis, kecerdasan visual / spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan fisik, kecerdasan naturalis, dan kecerdasan linguistik. Semua potensi kecerdasan ini dimiliki oleh setiap manusia, namun ada diantara kecerdasan itu yang menonjol di masing-masing orang. Dan itulah yang menjadikan setiap orang menjadi unik dan istimewa.
Kecerdasan matematis / logis merupakan kemampuan otak untuk mengotak-atik “abjad” angka-angka. Orang-orang dengan kecerdasan matematis sangat menyukai penjelasan-penjelasan yang bersifat logis, senang mengerjakan teka-teki dan soal, mencari pola dan hubungan di antara segala hal serta melakukan pemecahan masalah secara logika atau selangkah demi selangkah. Kecerdasan ini merupakan kecerdasan yang memiliki perhatian khusus dalam dunia pendidikan. Kemampuan berpikir secara matematis sangat diperlukan untuk mengembangkan logika berpikir dan sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kecerdasan visual / spasial adalah kemampuan untuk melihat hubungan dari bentuk-bentuk (shapes) satu sama lain, dan melihat hubungan dari benda-benda di dalam ruangan. Kecerdasan ini sangat membantu seseorang dalam menentukan arah. Menjadi pengamat, melihat hal-hal yang tidak diperhatikan oleh orang lain. Serta sangat menyukai penggunaan grafik, diagram, dan peta.
Kecerdasan musikal adalah kemampuan seseorang untuk mengikuti irama musik, menyanyi, memainkan instrumen musik dan mengenali berbagai instrumen musik. Umumnya orang dengan kecerdasan ini sangat menyukai bunyi-bunyian dari alam, memiliki minat yang besar pada musik, menikmati mendengar dna memainkan musik, memiliki rasa irama dan melodi, serta mudah mempelajari dan mengingat lirik. Contoh orang yang memiliki kecerdasan ini adalah pemain musik gambus kebanggaan Gorontalo, Risno Ahaya.
Kecerdasan Interpersonal merujuk kepada kemampuan untuk menggunakan kecerdasan yang lainnya untuk membuat hubungan secara positif dengan orang lain. Apabila anda memiliki kecerdasan sosial yang baik, anda akan dapat menyelami dan menghargai kepribadian yang berbeda-beda, mengetahui apa motivasi yang dimiliki oleh orang lain dan apa yang menjadi kebutuhan mereka. Mereka dengan kecerdasan ini memiliki kepekaan terhadap suasana hati dan reaksi dari orang lain, tertarik kepada pkian dan perasaan orang lain, sering terlibat dalam kegiatan masyarakat, serta menikmati kerja tim, diskusi, dan kerja sama dnegan orang lain.
Kecerdasan Intrapersonal menyangkut pada pengetahuan diri (self knowledge) dan pemenuhan diri (self-fullpillment). Umumnya orang dengan kecerdasan ini sangat senang melamun, senang bekerja terpisah dari orang lain, menghargai privasi dan ketenagan untuk bekerja dan berpikir, memahami perasaan dan pikiran mereka sendiri dan penyebab mereka bertindak, serta merenungkan relevansi tindakan orang lain dan mengambil kesimpulan dari pengalaman masa lalu.
Kecerdasan Fisik adalah kemampuan seseorang dalam mengelola fisiknya. Orang-orang dengan kecerdasan ini senang menangani masalah secara fisik, terlibat langsung, praktik langsung. Terampil saat bekerja dengan benda, menyukai olah raga, dan paling mengingat apa yang menjadi tindakan mereka.
Kecerdasan naturalis adalah kecerdasan dalam mengenali dan membaca kondisi alam disekitarnya. Mereka yag memiliki kecerdasan ini sangat senang mengenali dan menyebut nama berbagai macam jenis tanaman, merasa dekat dengan alam, dapat membaca tanda-tanda cuacu dan menyadari adanya hewan liar dan jejaknya ketika berjalan-jalan.
Kecerdasan lingustik adalah kemampuan dalam merangkai kata dan menggunakan bahasa. Umumnya orang-orang dengan kecerdasan ini sangat menyukai drama, puisi. Belajar dengan baik dari buku, kaset, ceramah dan mendengarkan orang lain. Pembicara yang fasif dan ekspresif dengan kosakata yang kaya. Pandai menjelaskan sesuatu dan menuliskan segala sesuatu.
Kecerdasan bukanlah sesuatu yang tetap, melainkan sangat fleksibel. Seseorang mungkin akan tampak unggul di suatu situasi dan mungkin terlihat cerdas. Namun disituasi lainnya dia akan kebingungan. Sudahkah Anda temukan “kecerdasan pilihan” Anda? Bukan saatnya lagi Anda bersembunyi didalam tempurung. Merasa minder dengan kekurangan yang dimiliki. Merasa iri dengan kelebihan yang orang lain miliki. Manusia tidak tercipta untuk saling membanding-bandingkan. Saling mencerca kekurangan satu sama lain. Cercaan kepada makhluk adalah cercaan kepada yang Menciptakannya.
You are the miracle!!!. Anda adalah makhluk cerdas yang diciptakan untuk sebuah tugas yang mulia. Memaksimalkan kecerdasan yang Anda pilih untuk menjadi khalifah terbaik di muka bumi ini. SALAM DAHSYAT!!!.

tes

tes tes tes tes